Di tulisan terakhir, kita membahas Environment Design sebagai sebuah metode untuk membuat cue menjadi lebih nyata. Dan kita juga bisa melakukan optimasi di lingkungan untuk membuat habit menjadi lebih mudah untuk dikerjakan. Proses ini disebut: Reducing Friction (mengurangi gesekan).
Semakin sedikit friksi yang terasosiasi dengan sebuah habit, semakin mungkin dia untuk dilakukan. Dengan kata lain: semakin nyaman, semakin mudah untuk dikerjakan.
Ketika memutuskan tempat untuk melakukan sebuah habit, yang terbaik adalah memilih tempat yang sudah menjadi jalur yang biasa kita lewati. Habit menjadi lebih mudah untuk dibangun ketika dia fit dengan flow kehidupan kita.
Contohnya, lebih mungkin untuk pergi ke gym yang lokasinya berada di jalur perjalanan kita dari rumah ke kantor. Mampir nge-gym sebelum atau sepulang kerja jadi lebih mudah.
Sebaliknya, kalau lokasi gym-nya justru berada di arah berlawanan, jadinya malah menambah friksi untuk olahraga rutin di gym.
Seringkali kita mencoba untuk memulai sebuah habit di lingkungan yang punya friksi tinggi. Ingin hidup sehat, tapi lingkungan penuh dengan cemilan yang gak sehat. Mau punya komunikasi yang baik dengan teman/keluarga, tapi kita membiarkan HP kita mendistraksi dengan notifikasi. Lagi perlu konsentrasi tinggi, tapi lingkungan kerja berisik dan gak nyaman.
Ini bisa dianalogikan seperti memaksakan air keluar dari selang yang terpelintir. Saat mau nyiram tanaman, kadang-kadang kalau pakai selang panjang, di tengahnya bisa melintir, yang membuat airnya jadi tidak lancar.
Kalau kita mau bikin airnya lancar, kita punya dua opsi. Yang pertama, nyalain krannya sampai pol. Kalau pas lagi deras, mungkin dia bisa keluar. Tapi kadang malah bikin selangnya lepas dari keran.
Cara kedua, kita berusaha untuk mengurangi friksi atau hambatan dengan meluruskan atau membenarkan posisi selangnya supaya tidak melintir. Jadi, meskipun kerannya gak dibuka sampai pol, airnya bisa mengalir dengan lancar.
Membentuk ulang lingkungan yang punya friksi, seperti membenarkan selang yang terpelintir. Ide utamanya adalah menciptakan lingkungan di mana melakukan hal yang baik itu semudah mungkin. Kita mau habit baik yang kita kerjakan melewati jalur bebas hambatan.
Ini beberapa contoh lain:
- Letakkan aplikasi yang mendukung untuk membaca lebih banyak (Blinkist dll) atau olahraga lebih sering (Strava dll) di bagian paling depan di HP.
- Sembunyikan aplikasi yang mendistraksi (socmed dll) di subfolder yang perlu beberapa step untuk membukanya.
- Gelar matras olahraga di tempat yang sering dilewati. Dengan begitu, bahkan gak perlu ganti baju workout untuk mulai olahraga.
- Pesan makanan sehat yang bisa diantar ke rumah di layanan catering diet.
- Rapikan meja kerja secara rutin untuk mengurangi distraksi saat bekerja
Untuk membantu mengurangi friksi juga bisa dengan menggunakan teknologi. Ini yang sekarang banyak dilakukan oleh tech company.
Kalau kita lihat produk-produk yang membentuk habit—aplikasi atau produk fisik— produknya memang didesain untuk menghilangkan friksi supaya lebih mudah & sering digunakan.
Layanan food delivery mengurangi friksi untuk pergi keluar beli makan. Ojol atau ride-sharing service mengurangi friksi untuk mencari ojek pangkalan atau nunggu angkot. Aplikasi chat mengurangi friksi untuk kirim surat atau email.
Seperti bisnis yang menggunakan teknologi untuk mengotomasi perilaku penggunanya, kita juga bisa menggunakan teknologi untuk mengotomasi perilaku kita sendiri.
Misal kita ingin lebih sering minum jus buah/sayur. Daripada bolak-balik order jus online, kita beli blender untuk bikin jus sendiri. Tinggal masukin bahannya, pencet tombol, tunggu bentar jusnya sudah jadi.
Beberapa merek blender terbaru malah bisa langsung dibersihkan dengan mudah setelah pemakaian. Cukup dengan air, dia bisa self-clean sendiri. Semakin mudah dibersihkan, semakin sering dipakai, semakin mudah untuk melakukan habit minum jus, semakin mudah untuk hidup lebih sehat.
Teknologi bisa meng-transformasi tindakan yang tadinya susah, berat, rumit, ribet menjadi perilaku yang mudah, painless, dan sederhana.
Inti dari tulisan ini adalah coba fokus untuk mengoptimasi lingkungan untuk membuat habit baik jadi lebih mudah dikerjakan, dan kombinasikan dengan implementation intention yang kita buat sebelumnya.
Kita tidak perlu motivasi, kita hanya butuh lingkungan yang mendukung. 😊
1 Comment
Pingback: Prime the Environment - Bijak Putranto