Di titik ini, Anda sudah tahu identitas yang ingin dibentuk dan sudah punya implementation intention untuk memasukkan habit kecil ke dalam rutinitas harian. Anda juga mungkin sudah membuat beberapa perubahan desain lingkungan yang mempermudah Anda mengerjakan habit.
Apa yang sudah kita bahas harusnya sudah cukup untuk membangun habit. Mestinya tidak perlu untuk membuatnya jadi semakin rumit daripada seharusnya.
Anda mungkin bisa memulai dan sangat termotivasi di awal, tapi di tengah-tengah penuh perjuangan untuk tetap menjalankan habit.
Penurunan motivasi ini adalah yang seringkali orang alami. Di banyak aspek kehidupan, ada anggapan bahwa saat kita melakukan usaha, kita akan mendapatkan hasil. Jadi, ketika kita berusaha melakukan yang terbaik, kita berpikir harusnya ada hasilnya.
Tapi habit tidak bekerja seperti ini. Ia tidak memiliki hubungan linear. Hasil yang diharapkan justru tertunda. Gap antara apa yang kita harapkan dan apa yang kita dapatkan disebut dengan plateau of latent potential.
Anda melakukan habit setiap hari, tapi belum kelihatan hasilnya. Semua usaha, tanpa hasil. Hal ini bisa membuat frustasi, dan Anda membutuhkan sesuatu agar bisa tetap mengerjakan habit, sementara Anda menunggu hasil jangka panjang terakumulasi.
Ada dua strategi yang bisa diterapkan:
Pertama: temptation bundling. Yaitu menghubungkan tindakan yang ingin dilakukan dengan tindakan yang harus dilakukan. Sesuatu jadi lebih menarik, jika dikerjakan bersama hal yang disukai, pada waktu yang sama.
Mungkin Anda ingin menonton film seri yang Anda sukai, tapi Anda harus melipat baju. Dengan temptation bundling, Anda boleh menonton, sambil melipat baju.
Mungkin Anda ingin menikmati minuman favorit, tapi Anda harus menyelesaikan pekerjaan. Solusinya, Anda boleh minum sambil menyelesaikan pekerjaan.
Mungkin Anda ingin ngobrol sama teman, tapi Anda perlu jaga badan dengan olahraga. Solusinya, Anda bisa nge-gym bareng teman sambil ngobrol.
Mungkin Anda ingin baca buku, tapi Anda harus menyiapkan makanan. Solusinya, Anda bisa dengerin audiobook sambil menyiapkan makanan.
Dengan kata lain, meskipun Anda tidak ingin melipat baju, menyelesaikan pekerjaan, olahraga, atau menyiapkan makanan, Anda jadi terkondisikan untuk melakukannya karena Anda bisa melakukan hal yang diinginkan secara bersamaan.
Anda bisa gunakan formula:
Saya hanya akan melakukan [habit yang saya ingin lakukan] ketika saya mengerjakan [habit yang saya harus lakukan]
Contohnya:
- saya hanya akan ngopi di cafe ketika saya menulis blog
- Saya hanya akan makan chiki ketika saya belajar
- Saya hanya akan nonton bioskop ketika saya sudah lari 10K
Strategi kedua: commitment device. Yaitu pilihan yang Anda buat pada saat ini, untuk “mengunci” tindakan Anda di masa depan.
Sebagai contoh, beberapa gym menerapkan kebijakan yang ketat ketika member tidak bisa meng-cancel jadwal latihan kelas 12 jam sebelum kelas dimulai. Gym sedang menerapkan commitment device, pendaftaran di satu kelas membuat member-nya harus komitmen untuk hadir.
Ada banyak cara untuk menciptakan commitment device dalam kehidupan kita:
- Gunakan website blocker untuk mencegah Anda membuka website yang mengganggu atau hapus beberapa aplikasi yang mengganggu di handphone.
- Ketika Anda pergi ke dokter, selalu jadwalkan pertemuan selanjutnya sebelum Anda pulang.
- Tinggalkan handphone di rumah atau mobil saat Anda mau ketemu dengan teman. Jadi, handphone-nya tidak akan mengganggu.
- Buat acara pengajian rutin bulanan di rumah Anda, sehingga Anda dipaksa untuk beberes rumah setiap bulan.
- Gunakan program menabung otomatis yang mengambil uang gaji, dan memindahkan ke rekening terpisah setiap bulan.
Temptation bunding dan commitment device adalah dua strategi yang bisa membantu membangun habit yang berkelanjutan.